Selasa, 19 Juli 2011

Dampak Negatif Penggunaan Tas Plastik

Setiap berbelanja kita sering mendapatkan tas plastik untuk membawa barang-barang yang dibeli. Apalagi, jika barang bawaan bertumpuk, banyak tas plastik yang dipastikan akan kita bawa. Tapi, pernahkah kita menghitung berapa banyak tas plastik yang beredar setiap harinya? Miliaran!

Sayangnya, kita justru sering melupakan dampak negatif penggunaan tas plastik. Memang tas plastik bekas sebagian akan terurai dalam bentuk karbondioksida, air, dan kompos dalam waktu satu atau dua bulan. Namun, kita juga perlu ingat akan kandungan kimia dalam kantong plastik yang dapat menyebabkan keracunan. Salah satu yang paling berbahaya adalah tinta tas plastik.

Yang lebih mengerikan, tas plastik ternyata membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai sempurna, yakni sekitar 500 hingga 1000 tahun! Bayangkan saja berapa banyak sampah plastik yang membusuk? Di China, jumlah plastik yang didaur ulang hanya 5 persen dari plastik yang beredar. Dan, sering kali fasilitas pembuangan yang kurang menyebabkan 100 juta tas plastik dikapalkan kembali ke China setiap tahunnya.

Tas plastik bekas yang dikapalkan ke China akan diubah kembali ke dalam butiran plastik. Proses ini memerlukan empat kali lipat energi dari proses memproduksi tas plastik. Tentu saja hal ini menyebabkan pemborosan energi. Selain itu, sekitar 60 juta barel minyak tiap tahunnya digunakan untuk mengolah bahan plastik.

Tas plastik bekas dan limbah-limbah plastik lainnya juga banyak dibuang ke laut sehingga banyak membunuh hewan laut. Tampaknya kita harus memikirkan dampak-dampak negatif dari penggunaan tas platik untuk menjaga kelestarian lingkungan sebelum semuanya terlambat. Mulailah gunakan bahan-bahan yang lebih cepat terurai seperti kertas, atau bahkan aneka bahan alami lainnya. Nah, sudahkah Anda peduli dengan alam sekitar?



Sumber : http://www.andriewongso.com

Arnold Schwarzenegger pun Menolak Tas Kresek

Arnold Schwarzenegger pertengahan 2010 lalu menang perang. Tapi tunggu. Mantan bintang laga era 1990-an ini tak terlibat duel dalam film. Arnold yang pada waktu muda pernah jadi binaragawan dan kini Gubernur Negara Bagian California ini baru saja menang dalam perang melawan kantong plastik untuk belanjaan (groceries) baik di toko ataupun supermarket.
Sidang DPR setempat memutuskan untuk menyetujui undang-undang yang melarang penggunaan kantong plastik, atau popular dengan sebutan “tas kresek” untuk tempat belanjaan di toko maupun supermarket. Larangan ini berlaku di seluruh Negara Bagian California, termasuk San Francisco,dan yang pertama di seluruh Amerika Serikat. Dan hampir bersamaan, larangan serupa juga berlaku di sejumlah negara, seperti Singapura dan China. Bahkan Bangladesh, negara yang sering dilihat sebelah mata, juga telah mengeluarkan undang-undang pelarangan penggunaan tas kresek untuk tempat belanjaan.
Di kalangan masyarakat negara-negara tersebut kini beredar seruan yang cukup popular di masyarakat, yakni gerakan “BOYB”, kependekan dari “bring your own bag”. Maksudnya, konsumen dianjurkan membawa sendiri kantong belanjaannya sejak dari rumah, dan tak lagi menggunakan tas kresek pemberian kasir di toko atau supermarket. Selain bermanfaat bagi lingkungan, gerakan ini juga mendatangkan untung bagi pengusaha toko serta supermarket karena mereka tak lagi memikirkan ongkos untuk memproduksi tas kresek
Rupanya, masyarakat dan pemerintah di negara-negara tersebut sudah memiliki kesadaran tinggi akan dampak negatif tas kresek untuk tempat groceries. Pertama, volume sampah dari tas kresek sudah begitu besar. Kedua, tas kresek yang terbuat dari plastik juga memiliki dampak buruk terhadap kualitas makanan yang dibungkus di dalamnya.
Sisi negatif plastik terhadap kualitas lingkungan dan makanan sudah kita bahas dalam artikel sebelum ini. Di balik kemudahan dan pengunaannya yang sekilas memang praktis, plastik juga memiliki dampak yang merugikan lingkungan.
Ketika sudah menjadi sampah, plastik sulit hancur. Pada saat yang sama, sampah plastik terus bertambah, baik dalam soal volume maupun trennya. Begitu banyak sampah plastik tak hanya membuat lingkungan tak asri, melainkan juga menjadi sarang penyakit dan menyumbat saluran air yang pada gilirannya memicu banjir di jalanan kota-kota besar.
Dampak merugikan plastik terhadap makanan juga sudah kita bahas. Plastik jenis Styrofoam, umpamanya, berpeluang menebarkan zat-zat beracun yang dikandungnya ke dalam makanan atau minuman panas yang ada di dalamnya.
Dan sebagian besar sampah plastik berasala dari rumahtangga, termasuk tas kresek. Itulah mengapa pemerintah Negara Bagian California dan beberapa negara lain memutuskan untuk mengurangi volume sampah plastik, dengan cara melarang penggunaan tas kresek untuk tempat belanjaan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat terdapat 70 juta tas kresek tiap tahun, yang segera menjadi sampah begitu tak lagi dipakai.
Ini ternyata bukan sekadar demi mengurangi sampah plastik, melainkan juga karena penggunaan tak plastik memang mengundang resiko bagi kesehatan manusia.
Plastic wrap yang di supermarket sering untuk menutup daging segar atau buah segar yang sudah dikupas, misalnya, mengakibatkan turunnya kualitas daging atau buah yang ada di dalamnya. Sampai-sampai ada anjuran, agar kita mengiris permukaan daging atau buah yang menempel pada plastic wrap.
Masyarakat California, China, Singapura, bahkan Bangladesh sudah sampai pada kesadaran untuk berhenti menggunakan tas kresek untuk tempat groceries. Sebagai masyarakat yang paham akan pentingnya nulai kesehatan masyarakat dan kesehatan keluarga, kapan kita akan mengikuti langkah positif mereka?

Hari Bebas Kantong Plastik Internasional

International Plastic Bag – Free Day merupakan aksi kampanye publik untuk mengurangi penggunaan sekali pakai dan ketergantungan terhadap kantong plastik atau kresek. Hari bebas kantong plastik internasional tahun ini dilaksanakan tanggal 3 Juli 2011. Pada tahun 2009 hari bebas kantong plastik sedunia ditetapkan tanggal 12 september 2009.

Kantong plastik terbuat dari turunan minyak bumi. Dan saat ini plastik merupakan salah satu penyubang sampah terbesar di dunia. Jika kita menghambur-hamburkan kantong plastik, sama saja kita telah menghambur-hamburkan sumber daya alam kita sendiri, kekayaan anak cucu kita.



Dengan meningkatnya kesadaran warga akan dampak negatif darisampah plastik, dapat mengurangi menumpuknya sampah plastik tersebut. Kesadaran yang kuat tentu mereka akan berbelanja dengan lebih bijak, yaitu membawa tas sendiri dari rumah saat berbelanja, tidak menerima pemberian kantong plastik, tidak memakai plastik hanya sekali pakai, dll.

Pemerintah juga hendaknya memperketat peraturan tentang pembatasan peredaran kantong plastik di tanah air. Sampah plastik yang terbuang ke laut akan mengganggu ekosistem laut. Ikan-ikan dan terumbu karang tentu mengalami imbas langsungnya.

Di luar negeri peraturan tentang pelarangan penggunaan sampah plastik ini sudah dilakukan oleh banyak negara. Salah satunya yaitu Pemerintah China. Di tanah air sendiri hanya Bali yang sudah menerapkan bebas kantong plastik di beberapa ritel. Hal ini juga tidak lepas dari peran para turis / wisatawan yang datang memberikan masukan-masukan tentang dampak negatif dari kantong kresek ini.

Kantong plastik tentu juga sangat berpengaruh pada keindahan pantainya. Jika pantainya penuh dengan kantong plastik, bisa mengurangi daya tariknya bukan?

Cara yang langsung bisa diaplikasikan untuk mengurangi sampah kantong plastik yaitu dengan penggunaan reusable bag (tas daur ulang), tas kain atau tas yang ramah lingkungan lainnya saat berbelanja. Cara lain yaitu jangan memakai kantong plastik hanya sekali pakai. BELI – PAKAI – BUANG. Jika semua orang seperti ini, cepat sekali menumpuknya.

Plastik sendiri zatnya juga tidak mudah di daur ulang oleh tanah, jadi semakin lama tanah tidak akan semakin subur namun malah sebaliknya.

Mari kita pergunakan kantong plastik dengan bijak. Jangan seenak gue buang-buang sampah sembarangan, sekali pakai (eh suka-suka gue dong Sep…. :) Iya tapi coba pikir, dari hal kecil ini kita udah membantu bumi kita dari penumpukan sampah yang gak bisa diolah. Ujung-ujungnya kalau ada musibah dari sampah, kita saling lempar tanggung jawab.

Selamatkan Bumi dari Plastik

DIPERKIRAKAN, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan, dapat membungkus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat! Di Bandung sendiri, volume sampah plastik per harinya mencapai 700 meter kubik. Bisa menutupi 50 lapangan sepakbola sekaligus!

Yang jadi persoalan, dampak negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsinya. Di alam, sampah plastik berbahan konvensional dari polimer sintetik tidak mudah terurai oleh organisme. Dibutuhkan waktu 300-500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai sempurna. Sebuah waktu yang sangat lama. Akibatnya, di banyak tempat, plastik menjadi sumber masalah. Menyumbat saluran air, tanggul, sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.

Dampak negatif kantong plastik atau ”tes kresek” terhadap kesehatan tidak kalah mengerikan. Berdasarkan penelitian I Made Arcana, dosen kimia Institut Teknologi Bandung, zat pewarna hitam yang umumnya ada di kantong plastik berbahaya bagi kesehatan. Zat ini kalau terkenas panas dapat terdegrasi dan mengeluarkan zat yang menjadi salah satu pemicu kanker. Maka, dianjurkan tidak menaruh gorengan atau makanan panas lainnya langsung di kantong plastik.

Lantas, apa solusinya mengatasi persoalan kantong plastik? Yang pasti, jangan pernah mencoba membakarnya. Jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan memicu depresi.

Seperti diungkapkan angggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) Sobirin, pengolahan sampah menjadi solusi terbaik. Jika rumah tangga atau komunitas terkecil di lingkungan belum bisa mengolahnya, didaur ulang, maka pemilahan menjadi langkah kecil terbaik.

”Jika memang belum bisa, apa ya terpaksa gali kembali kearifan lokal macam penggunaan pincuk (daun pisang)?”, ucapnya.

Dilarang di China dan Australia

Keprihatinan Sobirin sangatlah beralasan. Menurut dia, di Indonesia, tidak lebih 10 persen warga yang peduli lingkungan. Apalagi, peduli terhadap dampak negatif sampah plastik. Meski demikian, ia optimis, melalui edukasi, sosialisasi, dan kampanye, masyarakat lambat laun akan tergugah. Ini tidak terlepas dari pentingnya peranan pemerintah.

”Wali Kota Bandung misalnya, perlu mendukung lewat kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik di supermarket,” ungkapnya.

Di negara maju, kampanye penggunaan kantung plastik mendapat dukungan dari negara. Salah satunya, China. Mulai Juni 2008 ini, seluruh supermarket dan toko-toko di Cina dilarang memberikan kantung plastik gratis kepada konsumen. Pembeli dianjurkan memakai keranjang sebagai pengganti. Namun, hebatnya, sinergi dengan hal itu, berbagai industri polimer di China gencar mengembangkan plastik biodegradable (dapat terurai).

Banyak jenis polylaktida (plastik berbahan dasar selulosa) dikembangkan. Salah satunya yaitu ”SmartPlast Bag” yang berlogo ramah lingkungan. Plastik berpenampilan layaknya keresek normal berwarna putih ini terbuat dari tajin jagung. Di alam, plastik ini dapat terurai hanya dalam waktu setengah tahun tanpa dampak negatif apa pun. Langkah ini diikuti di Australia.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia, khususnya Kota Bandung? Terlalu naïf jika mengharapkan hal yang sama dengan Australia dan China. Namun, sinyalemen positif mulai ditunjukkan sejumlah pelaku usaha di Bandung. Di Carrefour, saat ini disediakan tas belanja khusus pengganti kresek. Harganya Rp 10.000 per kantong. Kalau rusak, bisa ditukarkan.

Terlepas dari upaya itu, seperti diungkapkan novelis Dewi Lestari, semuanya akan berpulang kepada individu manusia. Kesadaran diri-lah yang menentukan. Lingkungan, satu-satunya aspek di dunia yang bisa menyatukan berbagai latarbelakang manusia dan negara. Mari bersatu menyelamatkan ”rumah” kita.

Sumber : kompas.com

Pengaruh Kantong Plastik secara Kimiawi

Kantong plastik atau masyarakat sering menyebutnya dengan “Kantong Kresek” digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya membawa barang belanjaan, membungkus makanan siap saji, dan sebagainya. Kegunaan dari kantong kresek tersebut telah mearajalela bahkan di seluruh dunia pun menggunakannya. Tapi adakah pengaruh dari kantong kresek tersebut jika masyarakat menggunakannya secara terus-menerus? Adakah dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan sekitar?

Jelas, pengaruh dapat terjadi jika pemakaian ataupun dalam pembuatannya tidak memperhatikan segi kesehatan dan kemanusiaan tentunya. Sampai saat ini, masyarakat terutama di Indonesia telah menggunakan kantong kresek dalam berbagai keperluan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan, kantong plastik kresek berwarna sangat berbahaya bagi kesehatan jika digunakan untuk mewadahi makanan siap saji.

“Terutama kantong plastik kresek berwarna hitam,” ungkap Kepala Badan POM Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib saat jumpa pers di kantor Badan BOM Jakarta, Selasa (14/7).

Husniah mengungkapkan, kantong plastik berwarna tersebut merupakan produk daur ulang yang riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui. “Bisa saja bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia, limbah logam berat, dan sebagainya,” ucapnya.

Badan POM, paparnya, sudah melakukan pemantauan langsung dalam proses daur ulang kantong plastik berwarna yang tidak dilakukan proses sterilisasi. “Sampah plastik dikumpulkan di bantar gebang lalu dicincang-cincang trus dicuci dengan sedikit sabun agar tidak berbau. Kemudian ditambah zat-zat kimia. Prosesnya sangat tidak bersih,” tegasnya.

Akibat jangka panjang dari penggunaan kantong platik tersebut, tambah Husniah, bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit seperi kanker, ginjal, dan lain-lain.

Untuk itu, lanjutnya, sebaiknya masyarakat menggunakan kantong plastik yang tidak berwarna atau bening. “Jangan mawadahi langsung makanan siap santap di kantong plastik daur ulang tersebut. Sebaiknya diberi alas misalnya daun pisang,” ucap Husniah.

(JAKARTA, KOMPAS.com edisi Selasa, 14 Juli 2009 | 12:50 WIB)

Kantong plastik atau kantong kresek dapat beraneka ragam warnanya, salah satunya adalah warna hitam yang telah disebutkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Itu merupakan salah satu warna dari sekian warna yang ada yang memiliki pengaruh yang berpotensi negatif, lalu bagaimana dengan warna kantong plastik lainnya? Apakah sama dengan pengaruh yang dimiliki oleh kantong plastik tersebut? Tentu kantong plastik apapun warnanya dapat berpotensi negatif yakni dapat memicu penyakit kanker (bersifat karsinogen).

Sebenarnya darimana awal pengaruh negatif itu berasal? Awal pengaruh negatif itu berasal dari proses daur ulang yang demikian berkali-kali. Berikut skema proses daur ulang dari kantong plastik.

1 >>>> 2 >>>> 3 >>>> 4 >>>> 5 >>>> 6 >>>> 7 >>>> 8 >>>> 9

Keterangan:

1. Pengumpulan plastik bekas.
2. Penyortiran.
3. Pencucian.
4. Penggilingan.
5. Pemberian warna zat aditif.
6. Pemberian zat anti fogging (tahan sinar ultraviolet).
7. Pemberian zat anti slip (transparan).
8. Pemanasan.
9. Pencetakan.

Dalam proses 1, yakni pengumpulan plastik bekas oleh para pengumpul (pemulung) dari Tempat Pembuangan Sampah (TPA). Para pengumpul memilah-milah kantong plastik mana yang layak untuk mereka daur ulang lagi. Kemudian pada proses 2, para penyortir melakukan penyortiran terhadap semua kantong plastik yang telah berhasil dikumpulkan oleh para pengumpul. Akan tetapi, dalam melakukan penyortiran seringkali para penyortir kurang dalam melakukannya dan berakibat negatif karena para penyortir tidak mengetahui darimana kantong plastik itu berasal. Selanjutnya, pada proses 3, para penyuci melakukan pencucian terhadap kantong plastik tersebut. Sama halnya dengan proses 2, para penyuci kurang melakukan pencucian. Mereka mencuci tidak secara steril dengan kata lain, menggunakan bahan seadanya. Proses 4 adalah penggilingan, semua kantong plastik yang telah dicuci lalu digiling menjadi butiran plastik kecil. Pada proses 5, proses penambahan zat warna aditif guna memberi warna terhadap semua kantong plastik. Pemberian zat warna aditif sangat berbahaya bagi manusia. Pada proses 6 adalah proses pemberian zat anti fogging guna tahan terhadap sinar ultraviolet. Zat ini juga berbahaya. Pada proses 7 adalah proses pemberian zat anti slip pada kantong plastik guna kantong plastik memiliki bentuk yang transparan. Zat ini juga mengandung bahan kimia yang berbahaya. Selanjutnya, proses 8 adalah proses pemanasan, semua kantong plastik yang telah diberi bahan kimia lau dipanaskan agar menyatukan butiran kantong plastik tadi. Terakhir, proses 9 yakni proses pencetakan, butirang plastik yang telah menyatu lalu dicetak untuk membentuk kantong plastik yang baru dengan berbagai ukuran, misal ukurang kecil, sedang, maupun besar.

Semua bahan kimia dari skema di atas adalah bahan pembuat kantong plastik maupun jenis bahan plastik lainnya. Hubungan antara kedua skema 1 dan skema 2, memiliki mekanisme secara kimiawi. Lalu apakah pengaruh kantong plastik secara kimiawi itu? Pengaruhnya antara lain :

* menyebabkan kanker paru;
* menyebabkan kanker hati;
* gangguan fungsi ginjal;
* gangguan saraf;
* dan gangguan saluran pencernaan.

Dan yang lebih penting lagi pengaruh secara kimiawi dapat terjadi jika kantong plastik kontak langsung dengan makanan siap saji yang panas. Sebab, kontak langsung tersebut menimbulkan perpindahan kalor dari makanan siap saji terhadap kantong plastik. Timbulnya panas (kalor) ini memicu pengaruh secara kimiawi. Jadi untuk mencegah hal tersebut disarankan memberi alas pada kantong plastik sewaktu membungkus makanan atau barang lainnya agar tidak terjadi kontak langsung dengan kantong plastik.

Inilah Bahaya Kantong Plastik

KOMPAS.com - Bahaya limbah plastik bukan omong kosong. Telah banyak penelitian membuktikan dahsyatnya limbah plastik mendatangkan bahaya termasuk potensi negatifnya dalam mendegradasi lingkungan. Hal yang pasti adalah dampak negatif sampah plastik tidak sebesar fungsinya. Butuh waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan memicu depresi. Bagi lingkungan, kantong plastik juga mengakibatkan banjir, karena menyumbat saluran-saluran air dan tanggul sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk. Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah ini dibentangkan maka, dapat membungkus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat! Setiap tahun, sekitar 500 miliar hingga satu triliun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya dan lebih dari 17 miliar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya.



Dampak negatif sampah plastik tidak sebesar fungsinya. Butuh waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah.



Perubahan iklim

Kantong plastik juga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim utama di mana sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik juga mengeluarkan gas rumah kaca. Saat ini berbagai negara di dunia mulai melarang dan merespon bahaya penggunaan kantong plastik, seperti di Kenya dan Uganda yang sudah secara resmi melarang penggunaan kantong plastik. Sejumlah negara lain juga mulai mengurangi penggunaan kantong plastik di antaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Singapura, sejak April 2007 telah berlangsung kampanye "Bring Your Own Bag" (bawa langsung kantong Anda sendiri), digelar oleh The National Environment Agency (NEA). Pemerintahan China juga telah mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) mengatasi kantong plastik dan reaksi yang telah disiapkan antara lain pelarangan penggunaan tas plastik di departement store. Para pembeli akan dikenakan bayaran untuk kantong plastik dan akan diberlakukan standardisasi produksi tas plastik. Berbagai alasan itulah yang mendorong Beni Chandra memulai perlawanan terhadap limbah plastik di Indonesia. Baginya bahaya plastik harus disulap menjadi sesuatu yang mendatangkan lebih banyak berka

Senin, 18 Juli 2011

Bahaya sampah plastik bagi lingkungan & kesehatan

Republika Online: 31 Juli 2008

NETIZEN–Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi “PR” besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.

Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Namun yang menjadi persoalan adalah dampak negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsinya juga.

Lalu apakah anda tahu bahaya apa saja yang disebabkan kantong plastik bagi lingkungan hidup?

Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.
Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.

Kampanyekan Bahaya Kantong Plastik Sejak Dini

Kesadaran mengurangi penggunaan kantong plastik dalam kehidupan sehari-hari harus ditanamkan sejak dini karena kantong plastik tidak dapat terdegradasi di alam. Hal ini diingatkan Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik dan Skala Usaha Kecil Kementerian Negara Lingkungan Hidup Tribangun L Song di sela-sela Kampanye Antikantong Plastik di Kampus Institut Teknologi Bandung, Sabtu (9/2). Kegiatan yang dimotori Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB ini diikuti ratusan pelajar, mahasiswa, artis, dan aktivis lingkungan hidup di Kota Bandung. Di berbagai negara maju, kampanye antikantong plastik (white pollution) sudah menjadi hal lumrah. Pemerintah China dan Australia bahkan telah mengeluarkan kebijakan larangan bagi supermarket dan toko-toko membagi-bagikan plastik undegradable (tidak dapat terurai). Muhammad Chairul, dosen Teknik Lingkungan ITB, mengatakan, sampah plastik rata-rat memiliki porsi sekitar 10 persen dari total volume sampah. Dari jumlah itu, sangat sedikit yang didaur ulang. Padahal, sampah plastik berbahan polimer sintetik tidak mudah diurai organisme dekomposer. Butuh 300-500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai sempurna. Membakar plastik pun bukan pilihan baik. "Plastik yang tidak sempurna terbakar, di bawah 800 derajat Celsius, akan membentuk dioksin. Senyawa inilah yang berbahaya," ujarnya.

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/1764812-kampanyekan-bahaya-kantong-plastik-sejak/#ixzz1SROCdRu4

BPOM teliti bahaya kantong plastik kresek

JAKARTA (Pos Kota)- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengingatkan bahaya penggunaan 5 bahan kemasan makanan yang selama ini banyak digunakan oleh industri makanan.

Ke-5 jenis kemasan makanan yang diteliti oleh BPOM adalah kantong plastik kresek, styrofoam, plastic polivinil klorida (PVC), plastic polietilen (PE) dan polipropilen (PP).

Meski belum cukup bukti bahaya bahan kemasan makanan tersebut, namun proses daur ulang yang menggunakan bahan kimia berbahaya serta prosesnya yang sulit dilacak bisa jadi menimbulkan bahaya.

“Kami tidak tahu apakah plastik kresek yang kita gunakan untuk wadah makanan, ternyata sebelum didaur ulang merupakan bekas kotoran anjing, kotoran manusia, atau wadah limbah rumah sakit,” ujar Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib, Selasa (14/7).

Itu sebabnya, Husniah mengingatkan agar masyarakat berhati-hati menggunakan plastik kresek daur ulang saat hendak digunakan sebagai wadah makanan. Kotoran yang terbawa pada saat proses daur ulang dan pencampuran bahan kimia bisa mengganggu kesehatan manusia.

Pada styrofoam lanjut Husniah ada batas keamanan yang harus diperhatikan oleh masyarakat. Diantaranya bahwa bahan kemasan makanan jenis styrofoam tidak bisa digunakan pada makanan berlemak, berminyak, beralkohol atau panas. Sebab jika ada residu dalam bahan kemasan makanan tersebut maka dampaknya bisa terkontaminasi pada bahan makanan kita.

“Nilai residu masing-masing bahan kemasan makanan tersebut memang relative kecil hanya berkisar antara 10 hingga 29 ppm dari angka kandungan yang dilarang yakni 5000 ppm,” lanjut Husniah.

Namun meski nilai residu bahan kemasan makanan tersebut relative kecil, sebaiknya kata Husniah masyarakat tetap berhati-hati. Penelitian yang dilakukan pada hewan, residu bahan kemasan makanan jenis stryrofoam bisa mengakibatkan kanker.

Beberapa negara Eropa, lanjut Husniah memang tidak lagi merekomendasikan penggunaan stryrofoam untuk kemasan makanan. Namun alasan pelarangan tersebut bukan karena efek negative pada tubuh manusia, tetapi lebih kepada alasan lingkungan. Sebab bahan kemasan makanan ini tidak bisa langsung hancur diurai bakteri.

“Butuh waktu 500 tahun untuk membusukkan bahan stryfoam maupun polipropilen,” tandas Husniah.

Bahaya limbah plastik

KOMPAS.com - Bahaya limbah plastik bukan omong kosong. Telah banyak penelitian membuktikan dahsyatnya limbah plastik mendatangkan bahaya termasuk potensi negatifnya dalam mendegradasi lingkungan.
Dampak negatif sampah plastik tidak sebesar fungsinya. Butuh waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah.

Hal yang pasti adalah dampak negatif sampah plastik tidak sebesar fungsinya. Butuh waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna.

Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin.

Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan memicu depresi.

Bagi lingkungan, kantong plastik juga mengakibatkan banjir, karena menyumbat saluran-saluran air dan tanggul sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.

Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah ini dibentangkan maka, dapat membungkus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat!

Setiap tahun, sekitar 500 miliar hingga satu triliun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya dan lebih dari 17 miliar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya.

Perubahan iklim

Kantong plastik juga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim utama di mana sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer.

Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik juga mengeluarkan gas rumah kaca.

Saat ini berbagai negara di dunia mulai melarang dan merespon bahaya penggunaan kantong plastik, seperti di Kenya dan Uganda yang sudah secara resmi melarang penggunaan kantong plastik.

Sejumlah negara lain juga mulai mengurangi penggunaan kantong plastik di antaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

Singapura, sejak April 2007 telah berlangsung kampanye "Bring Your Own Bag" (bawa langsung kantong Anda sendiri), digelar oleh The National Environment Agency (NEA).

Pemerintahan China juga telah mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) mengatasi kantong plastik dan reaksi yang telah disiapkan antara lain pelarangan penggunaan tas plastik di departement store.

Para pembeli akan dikenakan bayaran untuk kantong plastik dan akan diberlakukan standardisasi produksi tas plastik.

Berbagai alasan itulah yang mendorong Beni Chandra memulai perlawanan terhadap limbah plastik di Indonesia. Baginya bahaya plastik harus disulap menjadi sesuatu yang mendatangkan lebih banyak berkah.

Bahaya Kantong plastik hitam

Awas Kantong Kresek Hitam Beracun...... Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan peringatan terhadap dua kemasan makanan berbahaya bagi kesehatan kerena mengandung bahan logam berat. Kedua kemasan yang mengandung racun ini adalah plastik polivinil klorida (PVC) dan kantong plastik kresek. "Jangan menggunakan kantong plastik kresek warna hitam atau yang lainnya untuk mewadahi makanan. Kantong kresek itu kebanyakan produk daur ulang," ungkap kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib di Jakarta, Selasa (14/7/2009). Dia menjelaskan, dalam proses daur ulang tersebut bahan yang digunakan sebelumnya tidak diketahui apa bekas wadah pestisida limbah rumah sakit, limbah logam berat, atau limbah manusia, sehingga sangat membahayakan kesehatan. Menurut Husniah, PVC yang terbuat dari monomer vinyl clorida tidak ikut bereaksi saat proses pembuatan plastik dan dapat tercampur dengan makanan yang berminyak atau berlemak, terutama dalam keadaan panas. Dia memaparkan, dalam pembuatan PVC ditambahkan penstabil senyawa timbal (tb), timah putih (sn), katnium (cd), residu, dan bahan lainnya yang berbahaya bagi kesehatan. "Bahan kimia tersebut mengakibatkan kanker hati, racun bagi ginjal, syaraf, kanker paru, dan dapat menggangu sistem endokrin," ungkap dia. BPOM, kata Husniah, telah melakukan sampling dan pengujian di laboratorium terhadap 11 jenis kemasan makanan dari plastik PVC. "Satu tidak memenuhi syarat yaitu tutup kue tar transparan berbentuk selinder dilengkapi alas warna hitam bentuk lingkaran. Kemasan ini mengandung bahan logam berat timbal 8,69," terang dia. Sebab itu, BPOM mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan kemasan makanan berbahan PVC untuk menyimpan makanan berminyak dan lemak terlebih dalam keadaan panas. Lebih lanjut Husniah mengatakan, untuk kemasan makanan dari steroform masih memenuhi syarat dan aman bagi kesehatan. Kemudian kemasan plastik dari polietilen (PE) dan polipropilen (PP) juga aman digunakan. "Tapi jangan menggunakan steroform dalam microwave, dan jangan menggunakan steroform yang kemasannya rusak untuk memawadi makanan berminyak dan berlemak apalagi dalam keadaan panas," imbuhnya. Dia menambahkan, bagi masyarakat yang ingin mengetahui informasi lebih lanjut, dapat menghubungi unit layanan konsumen BPOM atau melihat situs www.pom.go.id. ...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More